Rabu, 19 Juni 2013

Always And Forever

ALWAYS and FOREVER
Aku tak bisa membendung air mataku. Semua terasa begitu cepat berlalu. Sang malaikat telah bersiap untuk membawaku menuju dunia akhirat. Kehidupanku di dunia telah berakhir. “Tuhan, ini memang takdirku. Aku harus menerimanya. Aku pun telah mengikhlaskannya. Terima kasih karena telah memberikanku kehidupan meskipun hanya selama 20tahun 20 hari“.
Pintu gerbang pun telah terbuka. Satu persatu insan manusia yang telah dipanggil bersiap untuk memasukinya. Aku berada pada barisan paling akhir diantara mereka. Dan sebentar lagi aku akan merasakan bagaimana kondisi tempat yang dikatakan sebagai tempat keabadian itu. Tempat yang menjadi pelabuhan terakhir sebuah kehidupan.


Namaku adalah Vanesa . seminggu yang lalu, sebuah peristiwa yang menjadi sejarah terakhir di hidupku pun terjadi. 2 mei 2013, bertepat di jalan Jend.Sudirman,yang hanya berjarak 2 KM dari rumahku. Tak kusangka, hari itu adalah hari terakhir bagiku untuk menghirup udara yang segar ,bebas dan penuh cerita di dunia ini .
Aku masih ingat ketika beberapa menit sebelum peristiwa itu terjadi. Hari itu juga merupakan hari paling bahagia yang pernah ku alami. Orang yang selama ini kukagumi dan kusayangi sejak aku menjadi koas di Rumah Sakit Bunda ,menyatakan cintanya padaku, meskipun semua terjadi pada saat yang tidak kuinginkan. Dia adalah Hafiz, pasien penderita Sirosis Hati yang merupakan pasien dari Dokter Pembimbing ku. Meskipun baru berkenalan dan akrab selama beberapa bulan, aku merasa bahwa inilah perasaan cinta yang pernah kurasakan. Sikapnya yang ramah, senyumnya yang “Charming”, serta tekadnya yang kuat untuk sembuh demi melanjutkan kuliahnya yang hampir menuju tahap penyelesaian tugas akhir. Meskipun aku masih berstatus sebagai Koas/Dokter Muda, Dokter pembimbing ku mempercayakanku untuk memeriksa kondisi beberapa pasien salah satunya Hafiz.
Awalnya Hafiz tidak dirawat di rumah sakit ini, tetapi karena penyakitnya sudah memasuki stadium 3 , dokter menyarankannya untuk dirawat inap. Meskipun sedang menderita penyakit yang cukup parah, Hafiz tetap bersemangat untuk kuliah. Hafiz mengikuti perkuliahan secara online via Skype melalui Tab kesayangannya. “Wah kamu hebat, bisa mengikuti perkuliahan meskipun sedang dirawat disini “. Ujar ku disertai perasaan kagum “Aku harus sembuh dokter, karena kuliahku di jurusan Fisika ini hanya tinggal 1 semester lagi, sama seperti masa koas mu yang juga tinggal 6 bulan lagi. “
Kebiasaan Hafiz setiap pagi adalah berjemur di sinar matahari pagi yang memang bagus untuk kesehatan. Dia selalu mengajakku untuk menemaninya menikmati indahnya pagi. Selalu saja ada hal yang kami bicarakan, mulai dari persoalan perkuliahan, musik,motivasi serta mengenai perasaan hatinya. “Dokter, aku baru pertama kali merasakan perasaaan mencintai seorang gadis. Tetapi aku tidak yakin bisa mendapatkannya. Dia perempuan yang menurutku nyaris sempurna. Aku ingin bisa memiliki hatinya. “. Aku pun menanggapi curahan hatinya itu. “Aku yakin, dia bisa menerima mu. Menurutku, kamu adalah pria yang cerdas, bersemangat dan tidak pernah menyerah. Jujur aku kagum pada orang sepertimu”.
Selain wajahnya yang tampan, nyaris mirip dengan Siwon Super Junior,  Hafiz tergolong sosok yang cukup jenius. Meskipun ia menderita sirosis hati, ia masih bisa mendapatkan IPK 3.80 selama 5 semester . Aku sering berkata dan berharap di dalam hatiku, betapa bahagianya aku jika aku adalah perempuan yang ia kagumi dan ia cintai. Tetapi aku tak ingin memaksakan hatiku untuk memilihku. Semua yang ia pilih menurutku adalah hal yang terbaik untuknya. Dan aku pasti bahagia jika apapun pilihannya membuatnya bahagia. Cinta itu memang tidak harus memiliki.
Hafiz juga pintar bermain gitar. Suaranya juga cukup bagus. Setiap hari ia selalu memainkan gitarnya di pagi hari. Lagu yang menjadi favoritnya adalah Lagu yang berjudul Dia.
Dia hanya dia di duniaku
Dia hanya dia di mataku
Dunia terasa telah menghilang
Tanpa ada dia di hidupku
Sungguh sebuah tanya yang terindah
Bagaimana ia merengkuh sadarku
Tak perlu ku bermimpi yang indah
Karena ada dia di hidupku

Kuingin dia yang sempurna
Untuk diriku yang biasa
Kuingin hatinya, kuingin cintanya, kuingin semua yang ada pada dirinya
Kuhanya manusia biasa, Tuhan bantu ku tuk berubah
Tuk miliki dia, tuk bahagiakannya, tuk menjadi seorang yang sempurna, untuk Dia

Suaranya pun begitu indah. Diam-diam aku merekam video nyanyiannya saat ketika ia bernyanyi itu. Setiap malam aku selalu melihatnya. Semakin hari aku pun semakin merasa mencintainya. Dia adalah cinta pertamaku. Dia juga selalu ada untukku. Selalu menghiburku ketika aku merasa jenuh akan semua tugasku sebagai seorang Koas. “Gak usah sedih Dokter ku yang cantik, Sesungguhnya Dokter adalah pekerjaan yang sangat mulia, kamu pasti akan merasakan kebahagiaan yang tak ternilai harganya ketika kamu bisa menyembuhkan pasien mu ataupun bisa menyemangati pasienmu”
3 minggu lalu sebelum 2 Mei 2013, 11 April 2013, hari itu adalah hari ulang tahunku yang ke 20th. Hafiz membuat surprize party untukku bersama pasien-pasien ku yang lainnya di Rumah Sakit. “Happy birthday Dokter Vanesa, wish u all the best “. Ucapnya padaku. Hafiz pun memberikanku hadiah sebuah lukisan wajahku yang ia buat sendiri. “Aku mengerjakannya di malam hari, ketika masa dinasmu selesai dokter “. Lukisan itu adalah hadiah terindah yang pernah kudapatkan.
Namun, masa-masa indah itu sepertinya berlalu begitu cepat. 2 mei 2013, paginya aku melihat kondisi Hafiz memasuki masa drop. Aku pun panik. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan ketika melihat wajah hafiz yang terlihat membiru. Badannya juga terasa panas. Aku langsung menghubungi dokter pembimbing ku, “Dok, Hafiz sepertinya drop,badannya panas dan nafasnya sesak dok. Apa yang harus kulakukan??” Dokter pun menyarankan ku untuk memindahkan Hafiz ke ruang ICU. Aku merasa sangat khawatir. Aku ingin dia sembuh. Andai aku bisa memberikan hatiku ini untuknya, aku akan lakukan Tuhan.
Setelah memindahkan Hafiz ke ruangan ICU, aku berencana untuk pulang ke rumah. Aku merasa sangat kelelahan karena melaksanakan dinas jaga tengah malam. Dokter pembimbing ku meminjamkan mobilnya padaku karena hari itu bunda tidak bisa menjemputku ke Rumah Sakit karena bunda lagi sakit. “1 jam lagi aku kembali dokter . terima kasih atas pinjamannya“.
Dan 1 jam lagi, aku memang kembali ke Rumah Sakit itu, tapi tidak dalam keadaan yang sehat. Aku kembali ke Rumah Sakit itu untuk mendapatkan pertolongan medis. Rasa kantuk hebat yang melandaku membuatku menjadi lupa arah ketika mengendarai mobil Dokter Mira. Tepat di jalan jend Sudirman, Mobilku menabrak sebuah truk. Aku mengendarai mobil dengan kecepatan yang cukup tinggi. Truk itu mendadak datang dan aku menabrak bagian depan truk tersebut, hingga kaca mobil depan Dokter Mira Hancur hingga menyakiti kepalaku.
Rasanya sungguh menyakitkan. Darah mengalir dari mulutku dan telingaku. Benturan cukup hebat kurasakan hingga aku terpental keluar pintu mobil dan melayang sejauh 10 meter. Warga sekitar membawaku ke Rumah Sakit Bunda. Setiba dirumah sakit, Dokter Mira menangani ku di UGD. Melihat kondisiku yang terlihat cukup parah, Dokter mira memindahkanku ke ruangan ICU. Bersebelahan dengan Hafiz yang kondisinya juga terlihat cukup memprihatinkan.
Aku koma, aku tak bisa merasakan ragaku lagi. Roh ku telah terlepas dari ragaku. Aku bisa melihat betapa menyedihkannya kondisi ragaku ketika itu. Aku menangis. Apakah ini akhir dari kehidupanku Tuhan??
Ketika itu, seseorang menutup mataku dari belakang. Dia menarik tanganku dari belakang. Membawaku ke sebuah taman yang indah. Ketika dia melepaskan tanganku dan aku membuka kembali mataku, betapa kagetnya aku ketika aku mengetahui bahwa orang itu adalah Hafiz. “Vanesa, aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Aku ingin kau tau isi hatiku yang sebenarnya . wanita yang selama ini kucintai sepenuh hati adalah dirimu. How i wanna be with you.” Hafiz menggenggam erat tanganku dan mengatakan “i love u my Doctor”.
Air mataku jatuh dan perasaanku sangat bahagia. Spontan aku langsung memeluknya dan mengatakan “Aku juga, aku sudah lama mencintaimu hingga sekarang Hafiz. I love u too “. Hafiz pun mengajakku untuk menuju tempat keabadian bersamanya “Sepertinya nyawa kita tidak tertolong lagi, aku ingin kita hidup bersama di tempat yang kekal ini Vanes. “ . beberapa saat ketika hafiz mengatakan hal itu, sebuah cahaya datang dan menarikku keluar, memisahkan ku dengan Hafiz. Hafiz pun berteriak padaku dan berkata “Jangan pergi Vanesa, jangan tinggalkan aku. “.
Sesaat setelah itu, aku kembali merasakan ragaku. Tapi rasanya sungguh menyakitkan. Aku melihat Hafiz yang mulai Sadar sambil memanggil-manggil namaku. Kemudian tangannya berusaha meraih tanganku. “Vanesa jangan tinggalkan aku.”. aku menangis. Air mataku mengalir deras. Aku tak bisa melakukan apapun. Dokter Mira menghampiriku. Dia terlihat sangat kecewaan menangis pada dirinya sendiri karena sepertinya ia tidak bisa menolong nyawaku.  Dengan nafas yang tersisa, aku berkata pada Dokter Mira “Berikan Hatiku untuknya Dok. Aku ingin dia bisa kembali beraktifitas lagi, dan ia bisa melanjutkan cita-citanya Dok. “.
Setelah mengatakan hal itu, mataku perlahan tertutup. Detak jantungku pun berhenti. Sang malaikat telah menungguku di depan jasadku. Dia pun berkata “Sekarang waktunya Vanesa”.  Selamat tinggal Bunda, Ayah, Dokter Mira, Teman-temanku. Selamat tinggal Hafiz. Mungkin cinta kita tak bisa bersatu di dunia, namun semoga bisa bersatu di keabadian nantinya.
Beberapa menit setelah aku berpisah dari jasadku untuk selamanya, Dokter Mira langsung melakukan operasi pencakokan hati . ini adalah hadiah pertama dan terakhir yang kuberikan pada Hafiz. Orang yang kucintai selalu dan selamanya selain orang tuaku dan salah satu orang yang membuatku bangga menjadi seorang dokter muda.
Operasi berlangsung dengan lancar. Akhirnya giliranku tiba. Sang malaikat menyambutku . “Selamat datang di akhirat Vanesa. Semoga kamu juga bahagia disini “. Aku pun masuk ke dalam dunia keabadian itu.
Dan inilah akhir dari semuanya. Setelah beberapa hari operasi berlangsung, Hafiz pun dinyatakan sembuh oleh Dokter Mira. Hafiz langsung bangun dari keadaan koma nya. Mengetahui bahwa aku yang mendonorkan hati padanya, Hafiz tak kuasa membendung kesedihannya. Hafiz langsung menuju ke tempat peristirahatanku yang terakhir. “Vanes,apakah disana kau rindu padaku meski kita kini ada di dunia berbeda??  mengapa harus kamu yang pergi? Maafkan aku karena aku baru menyatakan perasaanku disaat detik-detik terakhir kepergianmu. Semoga kita bisa berbahagia nantinya di alam sana. I will stay your heart. Although you’re not here in this world,  I will always love you ALWAYS and FOREVER “
THE END
 Created by Putri Sakinah




Tidak ada komentar:

Posting Komentar