ALWAYS and FOREVER
Aku tak bisa membendung
air mataku. Semua terasa begitu cepat berlalu. Sang malaikat telah bersiap
untuk membawaku menuju dunia akhirat. Kehidupanku di dunia telah berakhir.
“Tuhan, ini memang takdirku. Aku harus menerimanya. Aku pun telah
mengikhlaskannya. Terima kasih karena telah memberikanku kehidupan meskipun
hanya selama 20tahun 20 hari“.
Pintu gerbang pun telah
terbuka. Satu persatu insan manusia yang telah dipanggil bersiap untuk
memasukinya. Aku berada pada barisan paling akhir diantara mereka. Dan sebentar
lagi aku akan merasakan bagaimana kondisi tempat yang dikatakan sebagai tempat
keabadian itu. Tempat yang menjadi pelabuhan terakhir sebuah kehidupan.
Namaku adalah Vanesa .
seminggu yang lalu, sebuah peristiwa yang menjadi sejarah terakhir di hidupku
pun terjadi. 2 mei 2013, bertepat di jalan Jend.Sudirman,yang hanya berjarak 2
KM dari rumahku. Tak kusangka, hari itu adalah hari terakhir bagiku untuk
menghirup udara yang segar ,bebas dan penuh cerita di dunia ini .
Aku masih ingat ketika
beberapa menit sebelum peristiwa itu terjadi. Hari itu juga merupakan hari
paling bahagia yang pernah ku alami. Orang yang selama ini kukagumi dan
kusayangi sejak aku menjadi koas di Rumah Sakit Bunda ,menyatakan cintanya
padaku, meskipun semua terjadi pada saat yang tidak kuinginkan. Dia adalah
Hafiz, pasien penderita Sirosis Hati yang merupakan pasien dari Dokter
Pembimbing ku. Meskipun baru berkenalan dan akrab selama beberapa bulan, aku
merasa bahwa inilah perasaan cinta yang pernah kurasakan. Sikapnya yang ramah,
senyumnya yang “Charming”, serta tekadnya yang kuat untuk sembuh demi
melanjutkan kuliahnya yang hampir menuju tahap penyelesaian tugas akhir.
Meskipun aku masih berstatus sebagai Koas/Dokter Muda, Dokter pembimbing ku
mempercayakanku untuk memeriksa kondisi beberapa pasien salah satunya Hafiz.
Awalnya Hafiz tidak
dirawat di rumah sakit ini, tetapi karena penyakitnya sudah memasuki stadium 3
, dokter menyarankannya untuk dirawat inap. Meskipun sedang menderita penyakit
yang cukup parah, Hafiz tetap bersemangat untuk kuliah. Hafiz mengikuti
perkuliahan secara online via Skype melalui Tab kesayangannya. “Wah kamu hebat,
bisa mengikuti perkuliahan meskipun sedang dirawat disini “. Ujar ku disertai
perasaan kagum “Aku harus sembuh dokter, karena kuliahku di jurusan Fisika ini
hanya tinggal 1 semester lagi, sama seperti masa koas mu yang juga tinggal 6
bulan lagi. “
Kebiasaan Hafiz setiap
pagi adalah berjemur di sinar matahari pagi yang memang bagus untuk kesehatan.
Dia selalu mengajakku untuk menemaninya menikmati indahnya pagi. Selalu saja
ada hal yang kami bicarakan, mulai dari persoalan perkuliahan, musik,motivasi
serta mengenai perasaan hatinya. “Dokter, aku baru pertama kali merasakan
perasaaan mencintai seorang gadis. Tetapi aku tidak yakin bisa mendapatkannya.
Dia perempuan yang menurutku nyaris sempurna. Aku ingin bisa memiliki hatinya.
“. Aku pun menanggapi curahan hatinya itu. “Aku yakin, dia bisa menerima mu. Menurutku,
kamu adalah pria yang cerdas, bersemangat dan tidak pernah menyerah. Jujur aku
kagum pada orang sepertimu”.
Selain wajahnya yang
tampan, nyaris mirip dengan Siwon Super Junior, Hafiz tergolong sosok yang cukup jenius.
Meskipun ia menderita sirosis hati, ia masih bisa mendapatkan IPK 3.80 selama 5
semester . Aku sering berkata dan berharap di dalam hatiku, betapa bahagianya
aku jika aku adalah perempuan yang ia kagumi dan ia cintai. Tetapi aku tak
ingin memaksakan hatiku untuk memilihku. Semua yang ia pilih menurutku adalah
hal yang terbaik untuknya. Dan aku pasti bahagia jika apapun pilihannya
membuatnya bahagia. Cinta itu memang tidak harus memiliki.
Hafiz juga pintar
bermain gitar. Suaranya juga cukup bagus. Setiap hari ia selalu memainkan
gitarnya di pagi hari. Lagu yang menjadi favoritnya adalah Lagu yang berjudul
Dia.
Dia hanya dia di
duniaku
Dia hanya dia di mataku
Dunia terasa telah
menghilang
Tanpa ada dia di
hidupku
Sungguh sebuah tanya
yang terindah
Bagaimana ia merengkuh
sadarku
Tak perlu ku bermimpi
yang indah
Karena ada dia di
hidupku
Kuingin dia yang
sempurna
Untuk diriku yang biasa
Kuingin hatinya,
kuingin cintanya, kuingin semua yang ada pada dirinya
Kuhanya manusia biasa,
Tuhan bantu ku tuk berubah
Tuk miliki dia, tuk
bahagiakannya, tuk menjadi seorang yang sempurna, untuk Dia
Suaranya pun begitu
indah. Diam-diam aku merekam video nyanyiannya saat ketika ia bernyanyi itu.
Setiap malam aku selalu melihatnya. Semakin hari aku pun semakin merasa
mencintainya. Dia adalah cinta pertamaku. Dia juga selalu ada untukku. Selalu
menghiburku ketika aku merasa jenuh akan semua tugasku sebagai seorang Koas. “Gak
usah sedih Dokter ku yang cantik, Sesungguhnya Dokter adalah pekerjaan yang
sangat mulia, kamu pasti akan merasakan kebahagiaan yang tak ternilai harganya
ketika kamu bisa menyembuhkan pasien mu ataupun bisa menyemangati pasienmu”
3 minggu lalu sebelum 2
Mei 2013, 11 April 2013, hari itu adalah hari ulang tahunku yang ke 20th. Hafiz
membuat surprize party untukku bersama pasien-pasien ku yang lainnya di Rumah
Sakit. “Happy birthday Dokter Vanesa, wish u all the best “. Ucapnya padaku.
Hafiz pun memberikanku hadiah sebuah lukisan wajahku yang ia buat sendiri. “Aku
mengerjakannya di malam hari, ketika masa dinasmu selesai dokter “. Lukisan itu
adalah hadiah terindah yang pernah kudapatkan.
Namun, masa-masa indah
itu sepertinya berlalu begitu cepat. 2 mei 2013, paginya aku melihat kondisi
Hafiz memasuki masa drop. Aku pun panik. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan
ketika melihat wajah hafiz yang terlihat membiru. Badannya juga terasa panas.
Aku langsung menghubungi dokter pembimbing ku, “Dok, Hafiz sepertinya
drop,badannya panas dan nafasnya sesak dok. Apa yang harus kulakukan??” Dokter
pun menyarankan ku untuk memindahkan Hafiz ke ruang ICU. Aku merasa sangat
khawatir. Aku ingin dia sembuh. Andai aku bisa memberikan hatiku ini untuknya,
aku akan lakukan Tuhan.
Setelah memindahkan
Hafiz ke ruangan ICU, aku berencana untuk pulang ke rumah. Aku merasa sangat
kelelahan karena melaksanakan dinas jaga tengah malam. Dokter pembimbing ku
meminjamkan mobilnya padaku karena hari itu bunda tidak bisa menjemputku ke
Rumah Sakit karena bunda lagi sakit. “1 jam lagi aku kembali dokter . terima
kasih atas pinjamannya“.
Dan 1 jam lagi, aku
memang kembali ke Rumah Sakit itu, tapi tidak dalam keadaan yang sehat. Aku
kembali ke Rumah Sakit itu untuk mendapatkan pertolongan medis. Rasa kantuk
hebat yang melandaku membuatku menjadi lupa arah ketika mengendarai mobil
Dokter Mira. Tepat di jalan jend Sudirman, Mobilku menabrak sebuah truk. Aku
mengendarai mobil dengan kecepatan yang cukup tinggi. Truk itu mendadak datang
dan aku menabrak bagian depan truk tersebut, hingga kaca mobil depan Dokter
Mira Hancur hingga menyakiti kepalaku.
Rasanya sungguh
menyakitkan. Darah mengalir dari mulutku dan telingaku. Benturan cukup hebat
kurasakan hingga aku terpental keluar pintu mobil dan melayang sejauh 10 meter.
Warga sekitar membawaku ke Rumah Sakit Bunda. Setiba dirumah sakit, Dokter Mira
menangani ku di UGD. Melihat kondisiku yang terlihat cukup parah, Dokter mira
memindahkanku ke ruangan ICU. Bersebelahan dengan Hafiz yang kondisinya juga
terlihat cukup memprihatinkan.
Aku koma, aku tak bisa
merasakan ragaku lagi. Roh ku telah terlepas dari ragaku. Aku bisa melihat
betapa menyedihkannya kondisi ragaku ketika itu. Aku menangis. Apakah ini akhir
dari kehidupanku Tuhan??
Ketika itu, seseorang menutup
mataku dari belakang. Dia menarik tanganku dari belakang. Membawaku ke sebuah
taman yang indah. Ketika dia melepaskan tanganku dan aku membuka kembali
mataku, betapa kagetnya aku ketika aku mengetahui bahwa orang itu adalah Hafiz.
“Vanesa, aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Aku ingin kau tau isi hatiku yang
sebenarnya . wanita yang selama ini kucintai sepenuh hati adalah dirimu. How i
wanna be with you.” Hafiz menggenggam erat tanganku dan mengatakan “i love u my
Doctor”.
Air mataku jatuh dan
perasaanku sangat bahagia. Spontan aku langsung memeluknya dan mengatakan “Aku
juga, aku sudah lama mencintaimu hingga sekarang Hafiz. I love u too “. Hafiz
pun mengajakku untuk menuju tempat keabadian bersamanya “Sepertinya nyawa kita
tidak tertolong lagi, aku ingin kita hidup bersama di tempat yang kekal ini
Vanes. “ . beberapa saat ketika hafiz mengatakan hal itu, sebuah cahaya datang
dan menarikku keluar, memisahkan ku dengan Hafiz. Hafiz pun berteriak padaku
dan berkata “Jangan pergi Vanesa, jangan tinggalkan aku. “.
Sesaat setelah itu, aku
kembali merasakan ragaku. Tapi rasanya sungguh menyakitkan. Aku melihat Hafiz
yang mulai Sadar sambil memanggil-manggil namaku. Kemudian tangannya berusaha
meraih tanganku. “Vanesa jangan tinggalkan aku.”. aku menangis. Air mataku
mengalir deras. Aku tak bisa melakukan apapun. Dokter Mira menghampiriku. Dia
terlihat sangat kecewaan menangis pada dirinya sendiri karena sepertinya ia
tidak bisa menolong nyawaku. Dengan
nafas yang tersisa, aku berkata pada Dokter Mira “Berikan Hatiku untuknya Dok.
Aku ingin dia bisa kembali beraktifitas lagi, dan ia bisa melanjutkan
cita-citanya Dok. “.
Setelah mengatakan hal
itu, mataku perlahan tertutup. Detak jantungku pun berhenti. Sang malaikat
telah menungguku di depan jasadku. Dia pun berkata “Sekarang waktunya Vanesa”. Selamat tinggal Bunda, Ayah, Dokter Mira,
Teman-temanku. Selamat tinggal Hafiz. Mungkin cinta kita tak bisa bersatu di
dunia, namun semoga bisa bersatu di keabadian nantinya.
Beberapa menit setelah
aku berpisah dari jasadku untuk selamanya, Dokter Mira langsung melakukan
operasi pencakokan hati . ini adalah hadiah pertama dan terakhir yang kuberikan
pada Hafiz. Orang yang kucintai selalu dan selamanya selain orang tuaku dan salah
satu orang yang membuatku bangga menjadi seorang dokter muda.
Operasi berlangsung
dengan lancar. Akhirnya giliranku tiba. Sang malaikat menyambutku . “Selamat
datang di akhirat Vanesa. Semoga kamu juga bahagia disini “. Aku pun masuk ke
dalam dunia keabadian itu.
Dan inilah akhir dari
semuanya. Setelah beberapa hari operasi berlangsung, Hafiz pun dinyatakan
sembuh oleh Dokter Mira. Hafiz langsung bangun dari keadaan koma nya.
Mengetahui bahwa aku yang mendonorkan hati padanya, Hafiz tak kuasa membendung
kesedihannya. Hafiz langsung menuju ke tempat peristirahatanku yang terakhir.
“Vanes,apakah disana kau rindu padaku meski kita kini ada di dunia
berbeda?? mengapa harus kamu yang pergi?
Maafkan aku karena aku baru menyatakan perasaanku disaat detik-detik terakhir
kepergianmu. Semoga kita bisa berbahagia nantinya di alam sana. I will stay
your heart. Although you’re not here in this world, I will always love you ALWAYS and FOREVER “
THE END
Created by Putri Sakinah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar